Pelaut Indonesia Dalam Konteks Bisnis Pelayaran




JAKARTA (BeritaTrans.com) – Data internasional mencatat sampai 2025, dunia masih kekurangan pelaut hingga 32.000 orang. Penyebabnya, warga negara maju seperti Amerika dan di Eropa enggan menjadi pelaut.(Sahattua Simatupang, 2018).
Ini kesempatan dan peluang emas bagi bangsa Indonesia, khususnya lembaga diklat kepelautan di Tanah Air. Masih banyak kebutuhan perwira pelaut profesional sampai ABK biasa di dunia, termasuk yang berasal dari Indonesia.
Besar peluang lulusan sekolah pelaut Indonesia untuk ikut mengisi kebutuhan pelaut dunia. Selain itu, pelaut khususnya perwira di atas kapal menjadi profesi yang cukup menjanjikan. Gaji dan kesejahteraan lebih dibanding rata-rata.
Tapi ingat, persaingan antarpelaut itu sangat berat. Hanya pelaut yang profesional, gigih dan pantang menyerah yang akan lolos seleksi. Pertanyaannya sekarang, mampukah pelaut Indonesia menerobos pangsa pasar yang besar itu?
Sampai kini, ada empat besar negara penyuplai pelaut adalah Filipina, India, Cina, dan Indonesia. Lalu Kazakstan, negara pecahan Uni Soviet. Serta ada sedikit dari Yunani yang juga memasok kebutuhan pelaut dunia.
Selain Amerika Serikat (AS) dan Eropa, beberapa negara yang masih membutuhkan pasokan pelaut di dunia adalah Jepang dan Korea Selatan. “Kini 90% pelaut yang ada di kapal-kapal Singapura adalah orang Indonesia.”(Sahattua,2018).
Sementara, jumlah kapal Indonesia yang tercatat saat ini lebih dari 11 ribuan unit. Kapal tersebut semua butuh awak kapal yang baik dan profesional, termasuk untuk mendukung keberhasilan program Tol Laut Pemerintahan Jokowi-JK.
Saat ini, jumlah pelaut Indonesia mencapai 850.000 Pelaut dan 400 ribu pelaut diantaranya bekerja di luar negeri. Jumlah itu akan terus bertambah sejalan dengan Program Tol Laut yang digaungkan Pemerintahan Jokowi-JK.
Saat ini pelaut dunia berjumlah 1,6 juta pelaut, dan seperempatnya adalah pelaut Indonesia. Dari sekitar 400 ribu pelaut Indonesia yang bekerja di luar negeri, Indonesia menerima devisa rata-rata Rp130 trilun per tahun tahun. Jumah itu berasal dari gaji pelaut yang dikirimkan kepada keluarganya di Indonesia.( http://industri.bisnis.com/20180227)
Indonesia merupakan salah satu negara pemasok pelaut-pelaut andal ke pasar dunia. Saat ini, ada ribuan pelaut Indonesia termasuk para perwira yang berasal dari Indonesia.
Data BPSDMP mencatat, jumlah lulusan perwira pelaut di Indonesia rata-rata 6.000-7.000 orang setiap tahun. Mereka berasal dari berbagai kampus pelaut seperti STIP di Jakarta, PIP Semarang, PIP Makasar, Poltekpel Surabaya, dan lainnya termasuk kampus swasta.
Yang menjadi masalah sekarang, kualitas diklat pelaut di Indesia perlu terus ditingkatkan. Selain kemamuan teknis sebagai pelaut, mereka juga perlu didukung sikap metal, perilaku dan karakter yang baik.
Dan tentunya, mereka juga harus menguasai Bahsa Inggris, khususnya bagi calon perwira di atas kapal. Dalam dunia pelayaran dunia, komunikasi baku menggunakan Bahasa Inggris, selain bahasa international lainnya.
Soal kualitas diklat pelaut di Indonesia, memang tak kalah jauh dibandingkan negara lain. Meski harus diakui, kulitas mereka harus terus dijaga dan ditingkatkan kompetensinya di segala bidang.
Data http://miner8.com/id/9061 menyebutkan, dari delapan sekolah pelaut terbaik di dunia, ada dua kampus pelaut asal Indonesia, yaitu STIP Jakarta dan PIP Semarang.
Sebanyak delapan sekolah pelayaran terbaik di dunia yaitu, Marine Maritime Academy, Massachusetts Maritime Academy, Sunny Maritime College, Singapore Maritime Academy, Sailors Maritime Academy, Great Lake Maritime Academy.
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, dan Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang, Jawa Tengah. Selain itu masih ada beberapa kampus pelaut negeri, khususnya di bawah BPSDMP Kemenhub di berbagai daerah di Indonesia.
Menurut data statistik, banyak sekolah pelaut di Indonesia mulai dari tingkat SLA sampai perguruan tinggi. Kampus-kampus pelaut di Indonesia menyelenggarakan diklat pelaut (DP) tingkat I baik nautika atau teknika dan KALK.
Yang perlu dilakukan ke depan, bagaimana mendidik dan membekali para taruna pelaut dengan kemampuan teknis sebagai pelaut, sesuai standar IMO dan dilengkapi sertifikasi yang jelas. Mereka dipersyaratan untuk bisa masuk ke pasar global.
Pelaut Indonesia terutama ada perwira harus diperkuat dengan kemampuan dan pengetahuan Bahasa Inggris yang baik dan memadahi. Tentunya mereka harus memenuhi standar Marlins English yang dipersyaratkan banyaj perusahaan pelayaran di AS, Eropa serta Timur Tengah.
Menhub Budi Karya Sumadi dan mantan Kepala BPSDMP Wahju Satrio Utomo meminta para taruna transportasi khususnya matra laut diperkuat kemampuan Bahasa Inggrisnya. Dengan Bahasa Inggris yang baik, mereka akan lebih siap dan optimis mampu menembus pasar dunia.
“Pelaut Indonesia secara teknis bagus. Tapi mereka kalah dibandingkan pelaut asal Filiphina, karena kemampuan Bahasa Inggrisnya kurang. Kelemahan ini perlu segera dibenahi dan digenjot ke depan,” papar Menhub.
Oleh karenanya, para pelaut Indonesia termasuk lembaga diklat kepelautan harus belajar dari pengalaman ini. Filiphina menjadikan pelaut sebagai pemasok devisa andalan. Hal itu karena para pelaut Filiphina didukung penguasaan Bahasa Inggris yang lebih bagus.
Indonesia, tak boleh kalah dan harus memacu kompetensinya. Selain kemampuan teknis sebagai calon pelaut yang baik, juga didukung penguasaan Bahasa Inggris yang jempolan.Semoga.*iskandar helmi

SUMBER RESMI



TAG : PERUSAHAAN PELAYARAN TAIWAN DUKUHWRINGIN
PERUSAHAAN PELAYARAN DUKUHWRINGIN SLAWI
PERUSAHAAN PELAYARAN SLAWI TEGAL
JOB PELAYARAN KAPAL TAIWAN

Belum ada Komentar untuk "Pelaut Indonesia Dalam Konteks Bisnis Pelayaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel